Blogger Backgrounds

New Rubric

Rabu, 09 November 2011

PSYCOPHAT

PSYCOPHAT
Bila seorang penjahat dalam aksi kriminalnya dilakukan dengan keji, kejam dan tak berperikemanusian maka orang pasti akan memvonis sebagai psikopat. Tetapi sebenarnya tidak semua pembunuh adalah psikopat dan tidak semua psikopat pembunuh. Sebenarnya lebih banyak lagi psikopat yang berkeliaran dan hidup di tengah-tengah masyarakat, bukan sebagai pelaku kriminal.

Selama ini mungkin tidak disadari psikopat ada di sekitar kita. Apakah tetangga, teman kerja atau bahkan pasangan serta anggota keluarga mengalaminya. Penyimpangan perilaku itu adalah sikap egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi kesalahan, tidak memiliki empati, dan tidak punya hati nurani. Bila itu semua ada kecurigaan psikopat layak diberikan.

DEFINISI

Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Istilah psikopat yang sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial.

Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan skizofrenia karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopat. Beberapa seorang ahli memprediksi tiga dari 10 laki-laki di Amerika Serikat dan satu dari 30 laki-laki di Inggris adalah psikopat. Prediksi ini didasarkan pada penelitiannya, yang sebagian besar respondennya adalah laki-laki.

Psikopat ditemukan di berbagai profesi dan kelas sosial, laki- laki dan perempuan. Karena yang dirugikan oleh kejahatannya tak hanya individu tetapi juga masyarakat luas, Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pemabuk, penjudi, penipu, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri dan koruptor. Namun, kasus kriminal itu hanya terjadi pada sekitar 15-20 persen dari semua penderita psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.

PENYEBAB

Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab psikopat. Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti. Teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian "posterior hippocampal" dan peningkatan intensitas otak bagian "callosal white matter". Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat.

Mungkin tidak terdapat kerusakan otak sebagai penyebab psikopatik. Tetapi terdapat anomali dalam cara psikopat memproses informasi. Dalam penelitian menggunakan MRI melalui pengenalan gambar-gambar kasus bunuh diri yang tidak menyeramkan. Pada orang non-psikopat terlihat banyak sekali aktivasi di amigdala sedangkan pada psikopat tidak ada perbedaan sama sekali. Namun ada peningkatan aktivitas di area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area otak tersebut.

Selain ada anomali di otak, faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter psikopat. Stres atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku seseorang menjadi brutal. Namun bila sifatnya sementara, karena ada pemicu yang masuk akal, maka tidak bisa dikatakan psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata merupakan warisan genetik. Penelitian terhadap anak-anak kembar menunjukkan, anak menunjukkan kecenderungan psikopatik dini. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 3.687 pasang anakkembar berusia tujuh tahun.

GEJALA PSIKOPAT

Terdapat tiga ciri utama yang biasanya melakat pada seorang psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah menyesal. Terdapat sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya adalah tidak memiliki empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar bicara, toleransi yang rendah pada frustasi, membangun relasi yang singkat dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial yang persisten. Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.

Sejumlah penelitian menunjukkan, psikopat lebih suka menyiksa pasangan daripada membunuhnya. Dari sekian banyak pembunuhan dalam rumah tangga, hanya 2% yang pelakunya benar-benar seorang psikopat. Para psikopat umumnya tidak menyesal setelah melakukan aksinya. Hanya sedikit psikopat yang menyesal lalu memutuskan bunuh diri. Dari 2% psikopatyang melakukan pembunuhan, seperempatnya melakukan bunuh diri.

Selengkapnya gejala psikopat adalah sebagai berikut :

1. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
2. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
3. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
4. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
5. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
6. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
7. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
11. Sikap antisosial di usia dewasa. 

DIAGNOSIS

Tidak mudah mendiagnosa psikopat. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu. Pemeriksaan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial. Dilakukan pengamatan perilaku dan kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan. Pemeriksaan psikotes untuk menilai tingkat kecerdasan. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.

MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah metode yag selama ini digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan jiwa secara umum, termasuk psikopat. Namun MMPI masih mempunyai kelemahan. Tidak sulit bagi seorang psikopat yang cerdas untuk merekayasa laporan dan berbohong. Akhirnya dikembangkan Psychopathy Checklist (PCL) dan versi revisinya Psychopathy Checklist-Revised (PCL-R), untuk penilaian secara valid dan benar tentang psikopat. PCL-R merupakan metode yang sudah dilengkapi dasar-dasar interview semi-struktural dengan seseorang yang dicurigai sebagai psikopat, bersama-sama diolah dengan berbagai informasi tentang orang tersebut. Penilaian ditentukan dengan skala, mulai dari 0 artinya tidak ada insikasi psikopat hingga 2 yang artinya seseorang positif memiliki karakter psikopat. Total skor adalah 40, dan seseorang didiagnosa psikopat jika dia memiliki skor antara 30 hingga 40. Pada beberapa kasus, skor 25 juga sudah dikategorikan psikopat.

Terdapat sekitar 20 kriteria dalam PCL-R dalam menegakkan diagnosis psikopat. Di antaranya sebagai berikut : persuasif dan memesona di permukaan, menghargai diri yang berlebihan, butuh stimulasi atau gampang bosan, pembohong yang patologis, menipu dan manipulatif, kurang rasa bersalah dan berdosa, emosi dangkal, kasar dan kurang empati, hidup seperti parasit, buruknya pengendalian perilaku, longgarnya perilaku seksual, masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun), tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis, impulsif, tidak bertanggung jawab atas kewajiban, tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri, pernikahan jangka pendek yang berulang, kenakalan remaja, melanggar norma dan keragaman kriminal.

Alat diagnosis lain yang digunakan berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive Defense Guide, Rorschach, ToM (Theory of Mind), SCT (Sentence Completion Test) dan NEO PIR.

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

Pada dasarnya, psikopat tidak bisa diterapi secara sempurna tetapi hanya bisa terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap kopleksitas pemahaman gejala. Terapi yang paling mungkin adalan non obat seperti konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat jangan berubah menjadi kriminal.

Psikopat salah satu perilaku menyimpang yang banyak ditakuti masyarakat sebenarnya selama ini banyak terdapat disekitar kita. Sekitar 1 dari 100 orang di dalam masyarakat adalah psikopat. Hampir seperlimanya akan berperilaku kriminal seperti pembunuh, pemerkosa, koruptor, pemabuk, atau penjudi. Mungkin salah satunya akan berpotensi menjadi "monster penjagal manusia". Bila deteksi dini gangguan perilaku pada anak dan pendekatan lingkungan dilakukan dengan baik, maka idealnya psikopat tidak akan berubah menjadi kriminal.

Beberapa penelitian faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis dan sosial. Tetapi kebanyakan orang-orang beresiko biasanya memasuki lingkungan yang sama yang berpotensi terjadinya kejahatan tersebut. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang beresiko berkembangnya seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran anak, perceraian orang tua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial. Lingkungan yang beresiko lainnya adalah hidup ditengah masyarakat yang dekat dengan perbuatan criminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan dan lain sebagainya.

Sedangkan lingkungan biologis salah satunya yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan apakah berpengaruh terhadap tindak kriminal tersebut. Adanya penelitian yang dilakukan Peter C dkk tahun 1997 cukup mengejutkan. Didapatkan kaitan diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda cukup menjadi informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting, Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan.Terdapat beberapa faktor resiko untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal tersebut seperti agresifitas, emosi, impulsifitas, hiperaktif, gangguan tidur dan sebagainya. Ternyata banyak faktor resiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, impulsifitas hingga memperberat gejala penderita Autism dan ADHD.

Bila faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan diikuti oleh lingkungan fisik, biologis dan sosial yang negatif maka tindak kriminal pada penderita psikopat lebih gampang terjadi. Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui faktor resiko dan gangguan perilaku pada usia anak untuk dilakukan pencegahan sejak dini.

keren!!!! saya suka dilihat dari gejala saya cenderung ke no 3 apakah saya phsychopat juga?

MP/SP Multi personality / split personality / kepribadian ganda

ada 4 jenis dissociative disorder, yaitu:
1. dissociative amnesia
2. dissociative fugue
3. depersonalization disorder
4. dissociative identity disorder (DID) <--- dulu istilah yang dipake adalah multiple personality disorder (MPD), tapi sekarang udah diganti ke DID

karakteristik secara umum untuk semua penyakit ini adalah : 'perubahan' identitas seseorang, memori, ataupun kesadaran. orang yang menderita penyakit2 ini ngga bisa mengingat kejadian2 penting atau mungkin lupa identitas diri sementara, atau malah 'membuat' identitas baru.

untuk jenis pertama, orang yang menderita dissociative amnesia tidak bisa mengingat informasi tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi setelah mengalami kejadian yang stressful. walau informasi itu bukannya hilang sama skali, tapi dia tidak bisa mengingatnya pada saat lagi amnesia. note: ini tidak sama dengan masalah 'pelupa' yang biasa dialami orang2. penderita biasa tidak mengenali keluarga maupun temen, tapi masih mempunyai kemampuan berbicara, membaca, maupun kemampuan2 lain dulunya. amnesia ini bisa berlangsung selama beberapa jam sampe beberapa tahun.

kedua, dissociative fugue, penyakit 'lupa' yang lebih parah dari dissociative amnesia. penderita bukan hanya menjadi amnesia, tapi juga tiba2 meninggalkan rumah maupun pekerjaannya, dan kemudian 'membentuk' identitas baru. orang ini bisa aja mengambil nama baru, rumah baru, pekerjaan baru, bahkan kepribadian baru. penyakit ini biasanya terjadi setelah orang itu mengalami tekanan yang hebat, misalnya pertengkaran keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, peperangan, atau musibah alam. biasanya penyakit ini bisa sembuh total, dan waktu penyembuhannya bisa sangat bervariasi. dan setelah sembuh, orang ini tidak ingat apa yang terjadi selama dia mengalami fugue

ketiga, depersonalization disorder, di mana penderita 'mengubah' pandangan maupun pengalaman dirinya. jenis penyakit ini agak lain dengan penyakit dissociative yang lainnya, karena depersonalization tidak mengalami gangguan dengan ingatan. biasa penyebabnya adalah stress, dan penderita bisa tiba2 kehilangan kepribadiannya. mereka merasa seperti berada di luar badan, dan seakan2 memperhatikan diri mereka sendiri dari jauh. mereka bergerak seakan2 hilang kesadaran dengan realitas. gejala yang sama juga kadang terjadi di beberapa penyakit lain, seperti schizophrenia, panic attacks, posttraumatic stress disorder, maupun borderline personality disorder. penyakit ini biasanya bermula dari saat remaja, dan berlansung cukup lama. penyakit ini juga cukup sering terjadi bersamaan dengan disorder lainnya.


kadang kala kita memang merasa seperti bukan menjadi diri sendiri, tapi hal ini adalah normal dan bukan brarti menderita multiple personality.

menurut DSM-IV, diagnosis yang benar untuk dissociative identity disorder (DID) adalah jika seseorang itu mempunya 2 ego yang berbeda (alter ego), di mana masing2 ego mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang exist secara independent - dan 'keluar' dalam waktu yang berlainan. biasanya ada 1 kepribadian utama, dan penyembuhan penyakit ini biasa dilakukan pada alter utama. pada umumnya, ada 2 - 4 alters pada saat seseorang ter-diagnosa, dan cukup sering ada alter2 lainnya lagi yang muncul pada saat treatment.

gap dalam ingatan juga biasa terjadi karena dari satu alter dengan alter lain tidak berhubungan; dalam arti, alter A tidak mempunyai ingatan alter B itu seperti apa, atau mungkin malah tidak tau tentang keberadaan alter B. keberadaan alter yang berbeda harus kronik (long lasting / berlangsung lama), dan menyebabkan gangguan dalam kehidupannya. (jadi bukan gara2 mengambil obat tertentu, misalnya)

masing2 alter bisa cukup kompleks, dengan tingkah laku, ingatan, relationship yang tersendiri. biasanya kepribadian2 ini berbeda atau malah saling bertolak belakang. mereka bisa aja mempunyai pikiran sendiri, pake kacamata dengan degree yang berbeda, atau alergi terhadap substances yang berbeda. alter utama maupun yang subordinate masing2 sadar akan 'waktu yang hilang' (memory gap), malah kadang suara alter yang satu (A) bisa 'masuk' ke alter yang lain (B), walo alter itu (B) tidak tau/sadar asal suara itu dari siapa.

DID biasanya bermula dari saat kecil, tapi jarang ter-diagnosed sampe saat dewasa. penyakit ini jauh lebih rumit dibandingkan penyakit dissociative yang lain, dan kadang tidak bisa disembuhkan secara total. penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. cukup sering DID disertai penyakit lain, misalnya depression, borderline personality disorder, dan samatization disorder. penderita juga biasanya mengalami sakit kepala, substance abuse, fobia, halusinasi, percobaan bunuh diri, begitu juga dengan gejala dissociative lainnya seperti amnesia dan depersonalization.

kasus2 DID kadang di-misunderstood sebagai schizophrenia. schizo berasal dari bahasa yunani, yang berarti "splitting away from"; sehingga hal ini menyebabkan kebingungan. padahal split personality ini cukup berbeda dengan gejala2 yang ditemukan dalam schizophrenia.

asal usul DID (dissociative identity disorder)

ada 2 teori utama tentang DID. yang satu mengatakan bahwa DID bermula sejak kecil, akibat kekerasan fisik atau sexual yang parah (abuse). kekerasan ini menyebabkan terpisahnya dan terbentuknya alter sebagai pelarian dari trauma. tapi berhubung tidak semua orang yang mengalami kekerasan semasa kecil menderita DID, maka kemudian dikatakan bahwa mungkin ada hal lain yang hadir di antara mereka yang menderita DID. ada satu ide yang mengatakan bahwa tingginya hypnotizability (mudahnya-seseorang-dihipnotis; note, brarti orang itu mempunyai tingkat sugesti yang tinggi) mempermudah pembentukan alters melalui self-hypnosis. ide lain adalah, orang yang menderita DID sangat mudah / cenderung terlibat dalam fantasi.

teori lain menganggap DID sebagai perwujudan social role yang dipelajari (role-enactment). alter yang muncul saat dewasa, biasanya disebabkan oleh suggestion dari therapist. DID tidak dilihat sebagai 'penipuan' kesadaran dalam teori ini; masalahnya bukan di 'apakah DID ini real ato ngga', tapi dari segi sebrapa terbentuk dan pemeliharaannya. (sorry, saya agak kesusahan menerjemahkan bagian ini)

Spano ber-ide bahwa DID itu hanyalah role-play. satu contoh, survey yang dilakukan di switzerland menemukan bahwa 66 persen dari diagnosis DID berasal dari kurang-dari 10 persen psychiatrists yang merespon. mungkin dikarenakan para psikiater2 ini mempunyai kriteria yang longgar / berbeda dalam mendiagnosa DID.

sumber informasi lain... sebuah studi dilakukan setelah sebuah kasus di pengadilan pada tahun 80an tentang pembunuh bersiri di california, yang dikenali sebagai Hillside Strangler. ( si tertuduh, Ken Bianchi, mengatakan bahwa dia tidak bersalah karena pengalami penyakit jiwa, dan dikatakan bahwa yang melakukan pembunuhan itu merupakan alternya, Steve. pembunuh ini gagal membuktikan bahwa dia menderita DID).

dalam study tersebut, (saya tidak jelasin detail2 / cara2 eksperimennya, soalnya banyak kalimat yang susah diterjemahin), terlihat bahwa orang bisa membuat kepribadian baru, jika kondisi menuntut demikian. Spano mengatakan bahwa beberapa orang yang menunjukkan multi-kepribadian ini bisa aja mempunyai tingkat berfantasi yang tinggi dan selalu berkhayal bahwa mereka adalah orang lain, terutama ketika, seperti Bianchi, dalam keadaan di mana suatu hal yang salah terjadi sehingga menyebabkan mereka berkelakuan seakan2 hal itu dilakukan oleh kepribadian lain. tapi ingat, studi ini hanya menggambarkan bahwa role-playing bisa aja terjadi (possible); bukan brarti penyebab multi-kepribadian adalah karena ini. lagipula, DID merupakan penyakit yang kompleks, dimana ada gejala2 lain seperti halusinasi, hilang ingatan, dan depersonalization. dalam studi role-playing, tidak ada satupun gejala2 ini yang hadir.

satu hal yang penting tentang dua teori ini adalah, apakah DID bener2 terbentuk sejak kecil karena kekerasan? ketika penderita DID memulai terapi, mereka biasanya tidak sadar akan keberadaan alter2nya. tapi seiring waktu terapi, alters muncul dan pasien melaporkan bahwa alternya memang bermula dari masa kecil. tapi, tidak ada bukti kuat tentang hal ini, lagipula self-report yang ngga meyakinkan tidak diterima. hal yang sama mengenai kekerasan fisik dan sexual: banyak kasus yang dilaporkan, tapi masih tidak meyakinkan.

akan tetapi ada satu study lagi, yang memberikan data cukup jelas mengenai masa kecil dan kekerasan dalam kasus DID, (walo studi ini dikritik oleh teori role-enactment). dalam studi ini, yang mana dilakukan dalam waktu lebih dari dua dekade, 150 narapidana / pembunuh dipelajari secara mendetail. 14 kasus DID ditemukan. 12 dari 14 kasus menunjukkan bahwa gejala DID sudah ada jauh sebelum mereka dimasukkan ke penjara, 9 mengalami halusinasi pendengaran, 10 mengalami bayangan (yang mana merupakan laporan yang cukup umum di antara penderita DID). masing2 gejala juga diperkuat buktinya dengan at least 3 bukti luar (misalnya, interview dengan anggota keluarga, guru, staff di penjara). Selain itu, beberapa kasus menunjukkan beberapa gaya menulis yang sangat berbeda, jauh sebelum dimasukkan ke penjara. (kapan2 kalo sempat scan, ntar saya attach gambar tulisan2 mereka yang sangat berbeda dari segi gaya, walaupun ditulis oleh satu orang yang sama)

dan hal penting lainnya dalam study ini adalah 11 kasus menunjukkan adanya kekerasan fisik dan sexual ketika masa kecil. hal ini diconfirm oleh sumber2 luar, dan bukti fisik yang nyata seperti tanda luka (scar), misalnya luka bakar dll. data2 ini cukup mendukung teori bahwa DID memang berasal dari masa kecil dan berhubungan dengan extreme stress.

kontroversi dalam mendiagnosa DID

DID pertama dikenali sekitar abad ke19. dalam sebuah review literatur, Sutcliffe dan Jones mengidentifikasi 77 kasus, dan rata2 terlapor dalam periode antara 1890 - 1920. setelah itu, laporan tentang kasus DID menurun sampai tahun 1970, yang kemudian meningkat lagi.

apa yang menyebabkan muncul kembalinya diagnosis DID dalam 25 tahun terakhir? one possible explanation tentang meningkatnya kasus DID adalah DSM-III, yang mana dikeluarkan pada tahun 1980, dan kriteria mendiagnosa DID pertama kalinya dijelaskan. (note: DSM = Diagnostic and Statistical Manual, dikeluarkan oleh American Psychiatric Association... dsm merupakan 'manual' tentang pengkategorian beserta kriteria2 dalam mendiagnosa penyakit2 jiwa)

Tapi mungkin juga karena orang2 mulai terbiasa / mengerti tentang DID, atau mungkin para psikiater biar menemukan kasus yang mirip, tapi langsung melaporkan sebagai DID, apalagi sejak penyakit ini semakin menarik perhatian. atau, menurunnya kasus / diagnosa DID tahun2 sebelumnya disebabkan oleh popularitas tentang konsep schizophrenia; kasus DID bisa aja disalah-diagnosa sebagai kasus schizophrenia. Tetapi, gejala2 dari dua penyakit ini sebenarnya cukup berbeda; walaupun suara2 alters yang didengar mungkin merupakan halusinasi auditori (pendengaran), tetapi pasien DID tidak menunjukkan gejala thought disorder maupun behavioral disorganization seperti dalam schizophrenia. isu diagnostic lainnya adalah, bahwa dalam DSM-III, tidak ada kriteria bahwa alters itu amnestic dengan satu sama lain, sehingga meningkatkan kemungkinan diagnosis yang bisa diapply ke orang2 yang mengalami berbagai masalah behavior lain yang juga hadir dalam penyakit jiwa yang lain.

faktor lain yang mungkin meningkatkan diagnosis DID adalah publikasi tentang Sybil pada tahun 1973, yang mana menunjukkan kasus dramatic tentang 16 kepribadian. kasus ini menarik perhatian yang besar dan menyebabkan banyak sekali orang yang semakin tertarik tentang penyakit ini. beberapa kritik menyimpulkan bahwa perhatian yang berlebihan tentang ini menyebabkan beberapa ahli therapist men-sugesti bahwa clientsnya menderita DID. Cukup jelas bahwa di masa era setelah-sybil, jumlah alters meningkat drastis, dari 2-3, hingga lebih dari 12.

untuk yang suka MPD psycho seneng deh pasti baca ini... printnannya ga pernah ilang di rumah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar